Buduran-Senin, 21 April 2025, pukul 12.30-14.30 WIB. SMPN 2 Buduran, melaksanakan Kombespol dengan judul “Refleksi Pembelajaran”.

Kegiatan Kombespol yang diselenggarakan di Laboratorium IPA ini merupakan agenda rutin seminggu sekali. Singkatan dari Komunitas Belajar SMPN 2 Buduran Professional For Learning. Berdiskusi bersama dalam membangun ekosistem belajar sepanjang hayat. Kegiatan dihadiri oleh guru dan mahasiswa PPL Unesa.
Didapuk sebagai pemateri Ryan Aryuansyah, S.Pd. Para peserta antusias mengikuti kegiatan. Diawali dengan pertanyaan pemantik. Apa tantangan yang dihadapi guru saat pembelajaran dan apa solusinya?
Moderator Lavita Permata Arni Sari, S.Pd., M.Pd. mengantarkan kegiatan diskusi. Para peserta merespons dengan antusias. Diskusi mengalir dengan gayeng.


Drs. Khoirul Sulton, guru IPS menyampaikan tantangan yang dirasakan. Menghadapi siswa belum siap secara fisik dan non fisik, tampak mengantuk akibat dari tidur malam.
Menurut Bapak Sulton, anak-anak bisa lebih siap dengan memberi motivasi terlebih dahulu. Menjadi teman siswa, dan sering berkeliling ke tempat duduk siswa.

Ibu Mamik Nur Farida, S.Pd. (Waka Kurikulum) menyampaikan bahwa tidak memberi PR terlalu banyak ke siswa, namun mengoptimalkan jam pembelajaran di sekolah.
Sedangkan Bapak Suprayitno, S.Pd., M.M., guru bahasa Inggris mengatakan tantangan bisa dicermati dari kacamata guru dan siswa. Sebagai guru sangat penting menjadi kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, agar siswa keranjingan belajar.
Dia menyadari bahwa masih kurang kreatif dalam menggunakan media. Siswa yang dijumpai, turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sekitar 4-5 anak.

Ryan, menanggapi bahwa menjadi guru perlu belajar menjadi pendengar yang baik. Guru tidak hanya ingin didengar penjelasannya, namun harus juga dapat menjadi pendengar yang baik.
Roy salah satu mahasiswa PPL, menuturkan, saat dijumpai siswa kurang motivasi yang dilakukan yakni memberi pertanyaan pemantik.
Lavita, turut menambahkan pengalamannya. Manfaat pemberian asesmen diagnostik kognitif dan non kognitif sebelum pembelajaran. Guru dapat mengetahui prosentase dan kondisi nyata siswa, serta mengetahui gaya belajarnya. Selanjutnya guru dapat menyesuaikan dengan pengelolaan pembelajaran yang diterapkan, memakai metode dan media apa?
“Guru harus lebih kreatif dan inovatif. Pada akhir pembelajaran siswa diajak refleksi. Lalu di pertemuan selanjutnya diberi pertanyaan pemantik,” ungkap Lavita.
Ibu Wenny Arie Puji Susanti, S.Pd., M.Pd., Kepala SMPN 2 Buduran memberi penguatan untuk memanfaatkan Kombespol dengan penuh makna. Saling berbagi pengalaman, dan meningkatkan keterampilan sebagai guru. Untuk melakukan refleksi pembelajaran, dikatakan bagus jika menyebutkan tantangan yang berasal dari dalam diri guru. Bukan tantangan yang berasal dari luar diri guru.


Menurut Ibu Wenny, kesepakatan kelas sangat penting, agar bisa mendengarkan uneg-uneg siswa, dan menambah keakraban antar guru dan siswa. Pembelajaran sosial emosional, dapat diterapkan agar siswa memiliki kesadaran penuh dalam mengikuti pembelajaran dengan “Teknik Stop”.
“Siswa dapat memvisualisasikan cita-citanya dalam sebuah gambar, dapat ditempel di pohon cita-cita atau di dinding kamarnya, hal ini dapat menumbuhkan semangatnya,” pungkas Ibu Wenny.